Wednesday, February 4, 2009

Sri Senpaga Vinayagar Temple, Katong, Singapore

Awal tahun 2009. Kucuri satu pagi saja dari keluargaku saat berkunjung ke Singapura. Lalu berjalan kaki membawa kamera Canon 5D dengan lensa 16-35ku itu dengan satu destinasi Vihara Sri Senpaga Vinayagar yang menurut buku Lonely Planet adalah sebuah tempat ibadah untuk umat Hindu. Lokasinya di daerah Katong, cuma selemparan batu di belakang hotel tempat kami menginap di East Coast, bagian timur Singapura. Hari itu kebetulan hari minggu, lumayan banyak umat yang datang untuk berkumpul, berdoa, mendengarkan (sepertinya) ceramah. Ada juga aktivitas pendaftaran sekolah minggu untuk pelajaran agama Hindu hari itu.

Tiga jam aku disitu, sedari pagi hingga sekitar jam sepuluhan, lalu aku kembali ke hotel untuk melihat anak dan istriku yang (seperti biasa) sudah siap, dan kuantar untuk pergi jalan-jalan. Everybody wins, meminjam istilah om Ben Suadi tadi siang di Rice Bowl Ratu Plaza. Sebab, aku curi waktu dimana keluargaku sebenarnya tidak kehilangan apapun. Potret ini untuk berbagi hasil dari ritual pencurian waktu di pagi hari setiap aku bepergian menginap di luar rumah, bersama keluargaku.














Monday, February 2, 2009

Stasiun Cibadak - Sukabumi

Sekuel terakhir perjalanan kemarin hari. Stasiun Cibadak dan Sukabumi, dua-dua telah berbenah, masih menyisa bau cat baru dan keramik yang mengkilap. Walau belum sesering seperti dulu, ucap selamatku untuk perusahaan kereta negara yang telah mengaktivasi jalur bogor-sukabumi ini kembali.

Penanggalan masehi tahun duaribu delapan menunjuk pada bulan januari, berangka 24. Dua hari menjelang pergantian tahun untuk penanggalan cina. Hendak menjadi 2560. Harinya adalah sabtu. Tempo-tempo seperti ini wajar jika adrelanin meninggi hendak memotret ritual dan tradisi pecinan. Pilihan yang rumit adalah tempat. Beberapa perjalanan fotografi yang telah dilakukan di beberapa sabtu di masa lalu rupanya mengarah pada jalur kereta api Bogor - Sukabumi. Dimulai dari Stasiun Bogor, Stasiun Batutulis, Stasiun Cigombong, Stasiun Parungkuda. Maka, sebetulnya tinggal beberapa titik stasiun lagi, maka telah lengkap perjalanan meniti jalur kereta ap i Bogor-Sukabumi (yang kini telah diaktivasi lagi oleh peusahaan kereta negara). Dengan menapak Sukabumi, maka ujung perjalanan sudah tuntas. Dengan bantuan mesin google, satu Vihara Widhi Sakti ditemukan dan segeralah kami kesana memotret.

Canon 5D, 16-35. Bersama kamerad Igor F. Firdauzi dan Rizal I. Sjahid saja, sebab yang lain berhalangan ikutan atau memilih mengikuti prosesi di tempat lain.











Sunday, February 1, 2009

Pasar (Dekat Stasiun) Sukabumi

Sekuel kedua dari perjalanan Bogor - Sukabumi: Pasar (Dekat Stasiun) Sukabumi. Tempat harga ekuilibrium setempat ditentukan. Ya, pertemuan kurva D dan kurva S lokal. Sekaligus tempat bertemunya berbagai etnis dan suku, mencari hidup. Ada banyak senyum dan harapan di sana.

Penanggalan masehi tahun duaribu delapan menunjuk pada bulan januari, berangka 24. Dua hari menjelang pergantian tahun untuk penanggalan cina. Hendak menjadi 2560. Harinya adalah sabtu. Tempo-tempo seperti ini wajar jika adrelanin meninggi hendak memotret ritual dan tradisi pecinan. Pilihan yang rumit adalah tempat. Beberapa perjalanan fotografi yang telah dilakukan di beberapa sabtu di masa lalu rupanya mengarah pada jalur kereta api Bogor - Sukabumi. Dimulai dari Stasiun Bogor, Stasiun Batutulis, Stasiun Cigombong, Stasiun Parungkuda. Maka, sebetulnya tinggal beberapa titik stasiun lagi, maka telah lengkap perjalanan meniti jalur kereta ap i Bogor-Sukabumi (yang kini telah diaktivasi lagi oleh peusahaan kereta negara). Dengan menapak Sukabumi, maka ujung perjalanan sudah tuntas. Dengan bantuan mesin google, satu Vihara Widhi Sakti ditemukan dan segeralah kami kesana memotret.

Canon 5D, 16-35. Bersama kamerad Igor F. Firdauzi dan Rizal I. Sjahid saja, sebab yang lain berhalangan ikutan atau memilih mengikuti prosesi di tempat lain.